Jumat, 28 Agustus 2009

Happy wedding




sama seperti saat ini...
mungkin sama seperti saat itu.
aku diam.
ya..
aku masih diam tanpa kata...
menunggu... hanya menunggu.
sesuatu yang tidak pasti. tapi itulah yang selalu menggaung
dalam hatiku






hanya sebuah kisah. aku selalu memikirkannya.

tanpa henti dia selalu membayangi diriku.

"kisah? apakah kisah itu? sebuah kata? sebuah pengalaman? ataukah sebuah.... sebuah apa?!", terkadang aku bertanya pertanyaan bodoh ini pada diriku. Tak peduli maksud dari kata kata yang aku katakan pun. Aku tetap berjalan. Dengan harapan yang... ada dan tiada. timbul dan pergi. mengiringi nafas dan langkahku.
Entah sampai kapan aku akan begini. Menunggu suatu yang tak pasti, Mencintai tanpa mau berbuat sesuatu.
Terkadang aku katakan uraian kata yang sama pada diriku sendiri. "Aku trauma!"

dan kuharap... tidak.. tidak untuk kali ini.

salahku memang... menyukai seseorang yang kurasa menuju harapan tipis mencintainya.
salahku memang, mencintai seseorang yang kurasa mempunyai kemungkinan kecil untuk dicintainya.
salahku memang, mencaci diriku sendiri yang tak berani menatapnya.
dan salahku. menjadikannya seorang yang kutunjuk untuk hatiku.

Sekarang aku hanya bisa bersenandung kecil. Mengharapkan kemungkinan bahwa dia kan jadi milikku. Aku masih berkhayal, dia kan ada untukku. Bukan hanya menjadi seorang kakak. Tetapi lebih.

Yah... seorang kakak. Mungkin sekarang dia menganggapku seorang adiknya. Tetapi, aku pun tak yakin atas segala perasaan kakak beradikku padanya.

"Tuhan...", terkadang aku mengadu padaNya. Bertanya akankah dia kan jadi milikku. Dan, tak kuasa aku mendengar jawaban apapun. Apa yang kubayangkan saat ini...satu satunya adalah tiba - tiba sampai di depan rumahku. Di antar oleh pak pos. Sebuah surat bertuliskan "undangan pernikahan", ya. undangan pernikahannya dengan seseorang.

Sungguh aku tak mengharapkan itu!

....................................

Sekarang aku mulai beranjak, dan bangun dari segala pikiran kosongku tadi. Ya, tadi aku melamun di pinggiran taman kota dengan segala baju santaiku dan sepatu kets ku.

Ku angkat kaki-kaki ku untuk melangkah malas. Setidaknya untuk membeli satu cup es krim di bakery sebrang yang juga mencual es krim yang enak.

Aku sampai di sana. tak kusangka aku bertemu dengannya siapa yang kupirkan sejak tadi.
Dia sedang bersama seorang wanita. entah siapa. Rasanya pemandangan itu membuatku miris tak terkira. Tak berhujung dan apapun juga.

Aku pun pura-pura tak melihat *mereka* lagi. Dari pada aku harus menanggung irisan hatiku jika dia melihatku berada di sini.

Akupun menjumput sebuah es krim. Dan kubayar es krim itu di kasir.

Aku juga langsung menuju mobilku. Ku injak pedal gas nya, dan beranjak menuju ke rumah.

........................
Sesampainya di rumah pun aku tidur tiduran malas. Tanpa ingin melaksanakan satupun pekerjaan. Aku juga mematikan handphoneku. Setidaknya untuk menghilangkan rasa kesalku jika suatu saat dia bernyanyi.

"ting tong! pos!", tiba - tiba segala keheningan pikiranku buyar dengan suara bel pintu dan teriakan pak pos. Kupikir dia sudah berteriak berulang kali tadi.
Sungguh aku tak mengerti mengapa tak satupun menghiraukan kedatangannya. Sehingga aku harus beranjak malas keluar kamar dan menerima surat apakah itu.
........

"non... ini ada surat..", ujar pak pos yang sudah separuh baya tersebut.

"iya pak..", sembari aku menandatangani tanda terima surat yang tak kuketahui apa.
Kemudian, bapak pos itupun mengeluarkan satu bungkus map coklat besar dari kantung suratnya. Akupun menerimanya dengan perasaan datar.

Kulihat tertulis di label namanya Ririn, namaku. Sehingga kubuka perlahan.

Kutarik...

isinya surat undangan! tanganku lemas menggenggamnya. Kubaca, alamat keluarga di bagian belakang sebelah kirinya, adalah nama keluarga dia. Oh.. sungguh ku tak sanggup menoleh ke keluarga di sebelah kananya.

Hingga ku kuatkan hatiku membuka amplopnya keras khas undangan. Kutarik isinya.

dan isinya...

"hei rin!
bagaimana undangan ini? bagus tidak? aku memesannya sebulan lalu.
dari kemarin aku ingin melihatkannya padamu. tapi sungguh aku tak tau harus berkata apa...
tapi kau lihat kan? nama yang tertera di depan amplop ini?
bagaimana?
kau setuju tidak?
kalau setuju.. tentu aku akan segera menikahinya!
jika ti..
ah! kuharap kau menjawa setuju!!!

kutunggu jawabanmu segera ya...
saat ini.
di tempatmu sekarang.
tinggal kau menoleh sedikit ke belakang.
oke?"

Akupun menoleh ke belakang. Kulihat dia sedang tersenyum padaku. Memegang satu kotak merah yang kutebak isinya cincin.

Aku menganga...
Dia tersenyum.

"bagaimana?", tanya nya.

Aku segera menarik kembali amplop undangan tersebut. Kubaca baik baik...
Tulisannya

"Happy wedding...
Ririn & Doni"








Rr. Wahyu Nurul Fitri R
Jakarta Selatan
28 Agustus 2009
2:51 am

1 comments:

Anonim mengatakan...

Waaaa! So sweet ~♥

Posting Komentar

Mohon kritik & sarannya yang membangun...
jangan menjatuhkan, ataupun semacamnya.
Terima kasih atas partisipasinya ^^

Related Posts with Thumbnails